Kamis, 20 Oktober 2016

Pendaki Wanita Ini Menolak Dievakuasi Pria yang Bukan Muhrimnya, Kok Mendaki Sama Pacar?

Kisah Ini Viral, Menolak Dievakuasi Karena 'Bukan Muhrim', Tapi Mendaki Bareng Pacar


Kegiatan mendaki gunung memang bisa dibilang lagi ngetren di kalangan millennials.
Karena banyaknya istilah “Baper, kurang piknik” bikin acara mendaki gunung menjadi hal yang banyak dilakukan oleh kawula muda belakangan ini.
Nggak hanya cowok, cewek juga kadang ikut mendaki gunung.
Kejadian seperti terluka atau kelaparan di medan pendakian tak jarang pasti ditemui oleh para pendaki ini.
Nah, belakangan viral sebuah keluhan dari para relawan gunung.
Di Facebook, ada yang mengunggah cerita mengenai usaha membantu dan memberikan pertolongan kepada seorang pendaki wanita yang terluka.
Dalam status yang diunggah akun Facebook Backpacker Nustantara itu menceritakan usaha mereka membantu pendaki wanita yang cedera kaki.
Anehnya, ia tak ingin disentuh dan ditolong oleh relawan lantaran si relawan bukanlah muhrim-nya.
“Buat para cewek khususnya yang suka melontarkan kata atau dalil bukan muhrim mendingan jangan naik gunung, deh”
Itulah sebuah kutipan ocehan akun @Sindoro_Sumbing yang sempat ramai di Twitter pada 26 Agustus silam.
Suatu himbauan yang menyimpan sedikit kekesalan terlontar karena seorang oknum pendaki cewek yang enggan dievakuasi dengan alasan bukan muhrim.
“Kondisi pendaki cewek sudah cukup parah, tim basecamp @Sindoro_Sumbing memutuskan untuk membantu evakuasi korban.”
“Menurut keterangan admin Sindoro_Sumbing yang saya hubungi via telepon, kejadian bermula ketika si pendaki wanita tersebut mengalami cedera kaki yang cukup parah.”
“Untuk berdiri saja dia tidak mampu apalagi harus menuruni Gunung Sumbing.”
“Karena mempertimbangkan kondisinya yang cukup parah, seorang temannya menghubungi basecamp untuk meminta bantuan mengevakuasi pendaki wanita tersebut.”
“Korban sempat menolak dievakuasi dengan alasan ‘bukan muhrim’.”
“Ketika tim evakuasi sampai di lokasi, si pendaki wanita menolak untuk dievakuasi dengan alasan bukan muhrim.”
“Hal ini tentunya makin memperunyam suasana.”
“Lucunya, si pendaki wanita itu sebenarnya saat itu mendaki bersama pacarnya, bukan suaminya.
“Nah, lho.”
“Permasalahan menyangkut keyakinan memang tidak bisa diganggu gugat.”
“Semua sudah jelas tertuang dalam UUD 1945 pasal 29 ayat 2.”
“Maka, sudah sepatutnya kita menjadi warga negara yang baik yang menghormati keyakinan agama lainnya.”
“Karena itu, tim evakuasi pun berusaha menghormati keyakinan korban.”
“Mereka memanfaatkan hammock sebagai alat evakuasi.”
“Sebelumnya mereka memakaikan jaket tebal pada si pendaki wanita saat mengangkatnya ke hammock untuk menjaga jarak sehingga tidak menyentuh korban secara langsung (kulit ketemu kulit).”
“Tim evakuasi bagaimanapun juga hanya melaksanakan tugas dan kewajiban demi kemanusiaan.”
“Nah, kalau nggak siap dievakuasi oleh yang bukan muhrim, mending ajak orang yang muhrimmu mendampingi mendaki deh pendaki cewek.”
Yang lucu ya itu tadi, ia tak ingin ditolong oleh lelaki yang bukan muhrimnya, sementara ia pergi mendaki dengan pacarnya.
Admin Facebook itu pun melanjutkan keluh kesahnya mengenai masalah ini.
“Berkaca dari kejadian tersebut, saya cenderung setuju dengan kicauan admin @Sindoro_Sumbing.”
“Buat kamu pendaki wanita yang tidak ingin bersentuhan dengan bukan muhrim, sebaiknya mengajak muhrimmu yang berpengalaman di dunia pendakian untuk mendampingi.”
“Jadi, bila nanti terjadi sesuatu hal yang membahayakan di gunung, kamu tidak merepotkan orang lain.”
“Permasalahan ini pun menjadi pelajaran buat kita.”
“Gunung itu bukan mall yang semua hal bisa didapatkan dengan mudah.”
“Gunung juga bukan playground yang dengan entengnya kita bisa bermain-main sesuka hati tanpa mempedulikan sekitar.”
“Jika telah memutuskan untuk naik gunung, pastikan bahwa memang sudah paham betul konsekuensi yang menghadang di setiap jengkal langkah.”
“Banyak yang pulang dengan suka cita, tidak sedikit pendaki yang pulang hanya membawa nama.”
“Persiapkan pendakianmu sebaik mungkin.”
“Apalagi saat musim penghujan seperti ini.”
“Beberapa hari sebelum pendakian, cobalah untuk jogging.”
“Sedangkan buat cewek, sebaiknya jangan mendaki saat menstruasi.”
“Karena pada saat itulah, tubuh cewek cenderung lemah.”
“Intinya, ketahuilah kekuatan diri sendiri sebelum mendaki agar tidak merepotkan orang lain.”

Sudah pasti foto yang diunggah ini menarik netizen untuk ikut berkomentar.
Rata-rata netizen heran dengan pendaki wanita tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar