"Emang sih pakai jilbab tapi kok masih pakai celana jeans ?"
"Lepas aja sudah jilbabnya kalau masih pake celana begituan!"
Mungkin sudah banyak yang mendengar atau mendapatkan pertanyaan dan pernyataan demikian. Pertanyaan dan pernyataan yang bikin nyesek para wanita berjilbab. Gimana ga nyesek kalau niat kebaikan kami dinilai dangkal hanya karena kami berjilbab dan masih memakai celana jeans. Dengan kata lain, mereka hanya memandang remeh kami yang mungkin belum menutup aurat secara sempurna
Bukanya tak ingin taat, tapi bagi kami mengenakan jeans memudahan kami dalam menjalani aktivitas sehari-hari
Kami sangat memahami bahwa mengenakan rok panjang lebih menyempurnakan keimanan, bukannya kami tidak mau mencoba, hanya saja kami belum nyaman dan belum terbiasa. Sampai detik ini pun kami yang masih suka memakai celana jeans, justru mempermudahkan dan memperlancar aktivitas. Seperti saat mengendarai sepeda motor, dan bahkan sampai mengenakan jeans diarea perkantoranpun kami bilan itu anugerah. Bekerja jadi lebih terasa santai dan jauh dari kata formal.
Hubungan dengan sang Pencipta, cukup aku dan Dia yang tahu.
Hijab di kepala, T-shirt lengan panjang, celana jeans panjang, dan sepatu kets, adalah outfit yang membuat kami nyaman. Tak sedikit yang bilang bahwa itu melanggar aturan agama. Beragam poster dan selebaran bernada dakwah kerap ditujukan pada kami yang masih belum sempurna menutup aurat. Belum seutuhnya berhijrah. Namun, tak berarti kami lalai beribadah. Lima waktu tetap kami lakoni di sela kesibukan. Sungguh simpulan yang dangkal jika menghakimi kami sebagai manusia yang membangkang Tuhannya. Hanya karena kami berhijab dan masih mengenakan jeans.
Saat ini, kami memilih untuk tak terprovokasi oleh penghakiman mereka. Soal ibadah, cukup Allah yang tahu. Karena tak ada gunanya berisik memohon pengakuan mereka bahwa kami manusia yang taat.
Kami tak pernah lupa untuk berbenah diri dan berusaha menutup aurat dengan sempurna.
Cap sebagai manusia yang enggan taat bukan sekali dua kali ditujukan kepada kami. Sudah tak terhitung berapa kali cap itu dialamatkan kepada kami. Padahal di saat yang bersamaan, kami sesungguhnya tengah berbenah diri. Kami paham bahwa ketaatan kepada Tuhan tak hanya soal penampilan, tapi lebih kepada perbuatan. Akan menjadi sia-sia jika kami sempurna menutup aurat, namun masih susah menerima kritik dari orang lain. Ramai mencibir mereka yang belum sempurna menutup aurat, namun dengan teganya berbuat anarkis. Sungguh, kami enggan menjadi pribadi yang demikian.
Lagipula, bukankah untuk menjadi pribadi yang baik itu hak siapa saja? Tanpa memandang seberapa sempurna dia menutup auratnya?
Siapa pun kamu berhak untuk menjadi lebih baik. Hargai proses kami untuk menjadi seseroang yang selalu taat pada agama, baik itu secara penampilan dan ibadah.
sumber : wajibbaca.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar